Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto, mengungkapkan rasa syukur atas penurunan angka kemiskinan yang terus terjadi di Kabupaten Kebumen selama masa kepemimpinannya. Ia menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kerja keras semua pihak, instansi di lingkungan Pemkab Kebumen, serta dukungan penuh dari masyarakat. Namun, Bupati juga menyayangkan adanya informasi keliru yang disampaikan oleh tokoh masyarakat terkait data kemiskinan di Kebumen, yang menyebutkan bahwa angka kemiskinan stagnan dari tahun ke tahun.
“Kita pertama-tama harus bersyukur karena kemiskinan di Kebumen terus mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya. Kedua, kita sayangkan adanya informasi yang tidak akurat, seolah-olah kemiskinan di Kebumen tidak berubah,” ujar Bupati pada keterangan pers, Minggu (1/9).
Bupati Arif merujuk pada data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan tren penurunan angka kemiskinan sejak tahun 2020 hingga 2024 sebagai berikut:
a. Tahun 2020: 17,59% (211.090 jiwa) – Masa Pandemi Covid-19
b. Tahun 2021: 17,83% (212.900 jiwa) – Masa Pandemi Covid-19
c. Tahun 2022: 16,41% (196.160 jiwa)
d. Tahun 2023: 16,34% (195.450 jiwa)
e. Tahun 2024: 15,71% (187.950 jiwa)
“Kita bisa lihat bahwa pada tahun 2020, jumlah penduduk miskin masih mencapai 211.090 jiwa. Alhamdulillah, pada 2024 jumlahnya sudah turun menjadi 187.950 jiwa, artinya ada penurunan sebesar 23.140 jiwa,” jelas Bupati.
Lebih lanjut, Bupati menambahkan bahwa penurunan kemiskinan di Kebumen pada tahun 2024, yang mencapai 0,63%, merupakan penurunan terbaik ketiga di Jawa Tengah, lebih baik dari rata-rata penurunan di tingkat provinsi dan nasional.
“Alhamdulillah, BPS menempatkan kita sebagai yang terbaik ketiga di Jawa Tengah. Kita akan terus menggenjot program agar angka kemiskinan di Kebumen semakin menurun,” katanya.
Bupati juga menekankan bahwa upaya menurunkan kemiskinan tidak hanya terfokus pada penanganan kemiskinan itu sendiri, tetapi juga mencakup berbagai faktor lainnya, seperti jaminan kesehatan dan penurunan angka stunting. Pada awal masa jabatannya, cakupan jaminan kesehatan di Kebumen baru mencapai 88%, namun kini sudah meningkat menjadi 99,8%. Angka stunting yang semula berada di 15,72% juga telah turun menjadi 9,93%.
“Indeks pembangunan manusia (IPM) juga terus menunjukkan peningkatan,” tambahnya.
Menurut Bupati, salah satu penyebab kemiskinan di Kebumen adalah distribusi anggaran yang tidak merata, di mana anggaran cenderung dinikmati oleh segelintir orang. Ia menekankan bahwa anggaran seharusnya digunakan untuk mendorong perekonomian masyarakat secara luas.